Saturday, May 5, 2012

JENIS DAN PENOMORAN BENANG II

-->
From indonesian tekstil  

Ada beberapa jenis benang yang digunakan untuk kain rajut diantaranya :
  1. Cotton
Untuk jenis benang ini di bagi menjadi 2 bagian yaitu benang cotton combet dan benang cotton cardet. Yang membedakannya adalah keadaan fisik kain jadinya nanti, biasanya untuk jenis kain cotton combet kain yang dihasilkan lebih halus dan lebih jatuh dibandingkan dengan kain yang menggunakan benang cotton cardet.
  1. TR
Jenis benang ini adalah gabungan dari benang rayon dan benang ployester dengan komposisi, benang rayon 35% dan benang polyester 65%. ( biasanya untuk warna yang menghasilakan warna tuton.
  1. TC
Jenis benang ini adalah gabungan dari benang cotton dan benang polyester dengan komposisi, benang cotton 35% dan benang polyester 65%.
  1. CVC
Hampir sama dengan tc hanya komposisinya yang berbeda yaitu benang cotton 55% dan polyester 45%.
  1. Rayon
Jenis benang yang terbuat dari olahan – olahan kulit kayu.
  1. Acrylic
  2. Spun ( PE )
Semua benang diatas biasa kita sebut dengan ukuran S ( spining = gulungan / putaran ) dengan ukuran yang tertera pada kardus atau pada kones benang yaitu 45S, 40S, 32S, 30S, 28S, 20S, 16S, 14S, dan seterusnya. Semakin besar ukuran benang yang tertera pada kones semakin kecil ukuran benang sebenarnya ( diameter benang ).
Contoh : 40S 20S

selain jenis benang diatas, ada juga jenis benang yang lain yaitu:
  1. Polyester
  2. Filament
  3. Nylon
  4. Viscos
  5. Lurex
  6. Spandex
Untuk jenis benang yang ini ukuran benang yang digunakan adalah dengan satuan Dennier ( D ). Yang tertera pada kones antara lain : 20 D, 30 D, 40 D, 70D, 75 D, 150 D, 300 D, 600 D, dan 1200 D. Semakin besar ukuran benang maka semakin besar pula benang yang digunakan ( ukuran diameter benangnya ).
Contoh : 40 D 20 D


Friday, May 4, 2012

JENIS DAN PENOMORAN BENANG I


Bahan baku kain adalah benang, sifat kain akan ditentukan sefat sifat benang benang yang benyusunya. Benang sendiri adalah susunan dari serat serat stepel atau filament baik berasal dari alam Maupin sintetik, atau campuran dari keduanya, yang disatukan dan diberi antuhan atau puntiran guna pembuatan kain tenun, rajut dan alinnya.

A. Klasifikasi benang
Klasifikasi benang dapat dibedakan menjadi beberapa segi yaitu:
• Dari bahan bakunya : benang kapas, benang polister, benang polister kapas, dll.
• Dari pembuatannya : benang pintal, benang sisir, benang gintir, dll.
• Dari kegunaannya : benang jahit, benang lusi/lungsin, benang pakan, benang rajut, benang sulam dan benang hias.


B. Struktur Benang Tekstil
Struktur atau susunan benang tekstil dapat diuraikan sebagai berikut:
• Benang yang susunannya dari serat-serat pendek atau staple dengan twist, benang ini disebut benang staple/ single.
• Benang yang tersusun dari dua benang single atau lebih kemudian digintir atau di ply yarn
• Benang yang hanya tersusun dari satu filament
• Benang yang terdiri dari 2 filament ( filament adalah serat yang terdiri dari filament benang ini disebut benang multifilament)
• Benang yang terdiri dari 2 benang gintir atau lebih disebut benang tali atau cord
• Benang yang terdiri dari beberapa filament yang mempunyai bentuk keriting atau loop, disebut benang teksture.

C. Puntiran atau Antihan
Puntiran atau antihan benang dapat juga disebut twist benang, puntiran ini akan mempengaruhi tentang sifat maupun kekuatannya. Juga mempengaruhi rupa atau appearance permukaan kain yang dibentuknya.
Biasanya untuk menjumlah puntiran digunakan satuan:
* TPI ( Twist Per Inch )
* TPM ( Twist Per Meter )
Jumlah puntiran yang memiliki benang lusi harus lebih banyak dari benang pakan, karena benang lusi lebih banyak mengalami gesekan, tegangan pada proses penenunan.

Arah puntiran pada benang ada dua macam:
Putaran S
Putaran Z
Benang lusi biasanya mempunyai puntiran arah Z, dan benang pakan mempunyai arah puntiran S.











D. Nomor atau Ukuran Benang Tenun
Untuk menyatakan benang itu kasar atau halus (besar atau kecil diameter benenang) dipergunakan nomor:
1. Sistem penomoran langsung: adalah perbandingan yang didasarkan atas berat benang setiap satuan    panjang tertentu, missal: Denier ( gram / 9000 meter ) & Tex ( Gram/ 1000 meter)
Benang dengan sistem ini yang perlu diperhatikan penomoran adalah makin kasar benang nomornya makin besar.
2. Sistem penomoran tidak langsung adalah berdasarkan atas panjang benang setiap satuan berat tertentu,
missal: Ne 1 ( hank/ pound),
Nm (meter / gram). 
contoh penerapan, sebuah benang dengan ukuran 40/2 ( bacanya: 40 Hank per 2 lbs). (lbs = Libras = Pound) artinya diameter atau luas penampang benang setara dengan benang yang panjangnya 40 Hank dan beratnya 2 Pound.
Catatan:
1 Hank = 840 Yard
1 Hank = 7680 Meter
1 Yard = 0,914 meter = 91,4 cm
1 lbs = 1 pound =  0,4536 kg = 453,6 g

Benang dengan sistem penomoran ini yang perlu diperhatikan adalah makin kasar (besar diameter atau penampang) benangnya, makin kecil nomornya.